Rabu, 13 April 2016

Makalah Perkembangan Modernisasi dalam Kebudayaan Suku Baduy



MAKALAH
“Perkembangan Modernisasi dalam Kebudayaan Suku Baduy”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Study Masyarakat Indonesia
Dosen Pengampuh : Beni Habibi, M.Pd.


Disusun Oleh :

Nama                   : 1. Eva Nur Saadah              1314500045
            2. Himatul Aliyah                1314500046
            3. Indah Widyastuti             1314500047
            4. Krisna Alhidayati            1314500025                           
Semester     : II / B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Modernisasi dalam Kebudayaan Suku Baduy”. Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai kebudayaan suku Baduy. Dengan segala keterbatasan yang ada pada penyusun, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.


                                                                           Tegal,      April 2015



                     Penyusun



 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... .................i
KATA PENGANTAR..................................................................................... .................ii
DAFTAR ISI................................................................................................... .................iii
BAB    I     PENDAHULUAN......................................................................... ..................1
A.    Latar Belakang Masalah........................................................... ..................1
B.     Rumusan Masalah..................................................................... ...................2
C.     Tujuan....................................................................................... ...................2
D.    Metode Penulisan..................................................................... ...................2
E.     Sistematika Penulisan............................................................... ...................3
BAB    II   PEMBAHASAN............................................................................ ...................4
A.    Sekilas Tentang Suku Baduy.................................................... ...............4
B.     Faktor Penghambat munculnya Modernisasi pada Suku Baduy………..6
C.     Faktor Pendorong munculnya Modernisasi pada Suku Baduy …….…...7
D.    Pengaruh Modernisasi terhadap Kehidupan Sosial-Budaya Suku Baduy8
BAB    III  PENTUTUP................................................................................... ……….…..11
A.    Kesimpulan............................................................................... …………...11
B.     Saran......................................................................................... …………...11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... …………...12



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pada era modern ini, modernsisasi dan globalisasi sudah tidak bisa terelakkan lagi.Teknologi dan informasi berkembang sangat pesat, seolah tidak ada batasan antar negara di dunia, baik dalam bidang ekonomi, teknologi, maupun informasi. Komputer, televisi, internet, satelit komunikasi, dan pealatan canggih lainnya juga merupakan hasil nyata adanya modernisasi.

Tidak heran pula jika pengaruh modernisasi kini sudah dapat mengubah kebudayaan sedikit demi sedikit yang ada di setiap sudut daerah di Indonesia.Sebuah kebudayaan memiliki sistem yang menyeluruh. Antara satu elemen dengan elemen yang lain saling berhubungan satu sama lain. Karena itu, jika ada perubahan di salah satu elemen budaya, maka elemen-elemen budaya yang lain pun akan berubah.

Di Indonesia terdapat suku-suku yang sengaja mengisolasi diri terhadap teknologi.Salah satunya adalah suku Baduy.Masyarakat Baduy begitu taat dengan adat mereka untuk menolak kehidupan modern.Namun dengan pesatnya perkembangan modernisasi, bukan tidak mungkin modernisasi tersebut mulai menyentuh masyarakat Baduy.

Sekecil apapun perubahan yang terjadi, baik perubahan lingkungan alam/fisik maupun perubahan sosial menuntut adanya adaptasi dari masyarakat Baduy terhadap lingkungannya yang baru.Perubahan itu menuntut adanya perubahan kehidupan sosial-budaya pada masyarakat baduy tersebut.Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menulis makalah ini.


B.  Rumusan Masalah

Banyak persoalan yang perlu dibahas mengenai “Perkembangan Modernisasi dalam Kebudayaan Suku Baduy”. Namun untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, maka penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :
1.      Sekilas Tentang Suku Baduy.
2.      Faktor-Faktor Penghambat munculnya modernisasi pada Suku Baduy.
3.      Faktor-Faktor Pendorong munculnya modernisasi pada Suku Baduy.
4.      Pengaruh modernisasi terhadap kehidupan sosial-budaya suku Baduy.


C.  Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.


D.  Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2.      Internet
Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan penulisan ini di internet.

E.  Sistematika Penulisan

Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan pandahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Kedua, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan Perkembangan Modernisasi dalam Kebudayaan Suku Baduy. Ketiga, penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran dalam sistem tersebut.





BAB II
PEMBAHASAN
 
A.    Sekilas Tentang Suku Baduy

Sebutan "Baduy" merupakan berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain Nama Baduy ini diambil dari nama sungai yang melewati wilayah ini, yaitu adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka (Garna, 1993).
Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” - 6°30’0” LS dan 108°3’9” - 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah Cikeusik, CIkertawana, dan Cibeo.
Mata pencarian masyarakat Baduy yang paling utama adalah bercocok tanam padi huma dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang.
Kepercayaan yang dianut masyarakat Kanekes adalah Sunda Wiwitan.didalam baduy dalam, Ada semacam ketentuan tidak tertulis bahwa ras keturunan Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid tidak boleh masuk ke wilayah Baduy Dalam. Jika semua ketentuan adat ini di langgar maka akan kena getahnya yang disebut kuwalat atau pamali adalah suku Baduy sendiri.
Inti dari kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes. Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apapun”, atau perubahan sesedikit mungkin:“Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung” (Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)suku Baduy memiliki tata pemerintahan sendiri dengan kepala suku sebagai pemimpinnya yang disebut Puun berjumlah tiga orang. Pelaksanaan pemerintahan adat kepuunan dilaksanakan oleh jaro yang dibagi kedalam 4 jabatan yang setiap jaro memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Yaitu jaro tangtu, jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro pamarentah.
Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampong.
Masyarakat Baduy dalam hidupnya mengasingkan diri dari keramaian dan tidak mau tersentuh oleh kegiatan pembangunan dan teknologi.Wilayah Baduy Dalam, yang berada di pedalaman hutan, masih terisolir, dan belum tersentuh modernisasi. Kebudayaan mereka masih asli, peraturan yang tetap dipegang teguh hingga kini diantaranya budaya berjalan kaki, tidak memakai alas kaki, tidak menggunakan alat elektronik (teknologi), hanya mengenakan pakaian berwarna hitam/ putih yang dijahit sendiri, dan semua hal yang tradisional dan tidak merusak alam. Di perkampungan Baduy tidak ada listrik, tidak ada pengerasan jalan, tidak ada fasilitas pendidikan formal, tidak ada fasilitas kesehatan, tidak ada sarana transportasi, dan kondisi pemukiman penduduknya sangat sederhana.  Aturan adat melarang warganya untuk menerima modernisasi pembangunan.

B.     Faktor Penghambat munculnya Modernisasi pada Suku Baduy

Sebelum terjadi beberapa perubahan pada masyarakat Baduy, masyarakat Baduy mengalami suatu keadaan yang sangat primitive atau terhambatnya perubahan sosial dan faktor-faktor penghambat perubahan tersebut di antaranya:

v  Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
      Sebelum adanya wisatawan asing yang mengetahui keberadaan badui kehidupan mereka normal tanpa ada gangguan perubahan sosial yang terjadi. Karena mereka hanya hidup dengan mengandalkan aturan dari tetuanya. Kehidupan terasing masyarakat badui menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat badui menjadi statis.

v   Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, bahkan mereka memang dilarang untuk menonton tv seperti yang dijelaskan di atas. Sehingga mereka sangat sedikit sekali memperoleh informasi dan pengetahuan.

v  Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Pada masyarakat Badui terdapat para tetua yang masih suka mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Akan tetapi agak berbeda dengan keadaan masyarakat badui yang masih muda, mereka sedikit banyak sudah terkontaminasi dengan budaya luar.

v   Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan.
Seperti yang terjadi pada cerita di atas Dalam hal makanan, orang Baduy tergolong sangat fanatik. Mereka tidak mau menyantap makanan selain makanan tradisional yang mereka santap setiap hari. Maklum, masyarakat yang tinggal di pedalaman Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, ini sangat memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka hingga saat ini.


C.    Faktor Pendorong munculnya Modernisasi pada Suku Baduy

Pada zaman modern ini, akibat modernisasi terjadi perubahan pada masyarakat Baduy sedikit demi sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor  pendorong proses modernisasi, meliputi:

v  Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Baduy yang  tinggal di pedalaman hutan dan masih terisolir  sehingga  kebudayaan luar belum masuk. Selain itu, orang Baduy dalam merupakan yang paling patuh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala Adat).Akan tetapi seiring berjalannya waktu banyak wisatawan baik dalam maupun luar negri yang datang mengunjungi suku Badui dengan membawa pengaruh yang bermacam-macam yang jelas berbeda dengan adat Baduy.
Walaupun demikian perubahan dapat terjadi tanpa melanggar pikukuh, karena memang perbuatan tersebut dikehendaki atau keadaan yang memaksa sehingga perubahan terjadi diluar kehendak mereka, sehingga muncul toleransi dari pemuka adat terhadap hal itu.

        v  Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Masyarakat Badui saat ini jauh lebih terbuka dan lebih bisa diajak bergaul ketimbang masyarakat Badui yang terdahulu, sehingga memudahkan mereka menerima kebudayaan baru walaupun hal itu sangat dilarang keras oleh tetua/pu’un mereka.

       v  Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat lain, mereka saat ini menonton televisi, menggunakan jam tangan, dan bahkan memiliki radio.  Sehingga mau tidak mau mereka berfikir untuk bisa mengikuti tren saat ini dan menunjukkan bahwa mereka juga merasa kurang puas dengan tekhnologi  yang mereka punya selama ini. Mereka ingin memiliki pengetahuan yang lebih dengan menonton tv atau mendengarkan radio.


D.    Pengaruh Modernisasi terhadap Kehidupan Sosial-Budaya Suku Baduy

Masyarakat baduy sebagai masyarakat tradisional dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sedang berkembang. Karena tidak saja perubahan yang berlangsung di dalamnya, juga ketaatan terhadap pikukuhnya mengalami proses pergeseran. Perubahan itu akan tampak dari pola pikir, cara bertindak, pemilikan barang organisasi sosial yang sebelumnya tidak dikenal dalam kehidupan mereka. Sejumlah warga masyarakat Baduy sengaja keluar dari desa kanekes untuk melonggarkan ikatan pikukuhnya, mereka lalu bermukim di desa-desa sekitarnya.

Peningkatan jumlah penduduk yang mengakibatkan berkurangnya luas kepemilikan lahan pertanian setiap keluarga.Masyarakat Baduy-Luar yang sudah tidak memiliki lahan pertanian di dalam wilayah Baduy diharuskan mengolah lahan di luar wilayah, sedangkan masyarakat Baduy-Dalam mulai memperpendek masa bera lahannya.

Bertambahnya jumlah penduduk juga meningkatkan kebutuhan kayu pertukangan untuk membuat rumah. Kebutuhan akan kayu pertukangan yang menjadi masalah dalam membuat rumah.  Untuk mengatasi hal tersebut, aturan adat yang semula melarang menanam tanaman kayu di ladang berangsur-angsur mulai mengendur.  Kini masyarakat Baduy-Luar diperbolehkan menanam tanaman kayu di ladangnya.  Kayu hasil penebangannya ada yang dipakai sendiri dan ada pula yang sebagian dijual ke masyarakat luar. 

Interaksi dengan masyarakat luar baduy, saat ini terlihat perbedaan yang jelas pada kehidupan masyarakat Baduy-Luar dan Baduy-Dalam.  Perubahan status masyarakat telah terjadi pada kehidupan masyarakat Baduy.  Awalnya semua masyarakat Baduy harus ikut bertapa menjaga alam lingkungannya, sekarang ini hanya Baduy-Dalam yang tugasnya bertapa.Masyarakat Baduy-Luar tugasnya hanya ikut menjaga dan membantu tapanya orang Baduy-Dalam. Masyarakat Baduy-Luar mulai diperbolehkan mencari lahan garapan ladang di luar wilayah Baduy dengan cara menyewa tanah, bagi hasil, atau membeli tanah masyarakat luar. 

Masyarakat Baduy-Luar sudah mulai memakai baju buatan pabrik, kasur, gelas, piring, sendok, sendal jepit, blue jeans, sabun, sikat gigi, senter, dan patromaks; bahkan sudah cukup banyak masyarakat Baduy yang telah menggunakan telepon seluler.  Larangan penggunaan kamera dan video camera hanya berlaku pada masyarakat Baduy-Dalam; sedangkan pada Baduy-Luar sudah sering stasiun TV mengekspose kehidupan mereka.

Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat-istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar.Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka.Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993).

Dari kesemua faktor-faktor di atas tersebut  bisa memicu perubahan sosial-budaya pada masyarakat Baduy tersebut baik itu faktor secara fisik maupun kebudayaan. Kesadaran akan nilai dan norma sosial Baduy setiap keluarga pun lambat laun bisa memudar dengan munculnya keinginan untuk mengalami kehidupan lain, begitu pula halnya dengan institusi sosial seperti gotong royong akan turut bergeser walaupun menyangkut kebutuhan masyarakat tetapi akibat perputaran imbalan jasa ke arah penggunaan materi yang sekaligus sebagai pembayaran. Hubugan yang erat antara migran baduy dengan orang baduy kanekes juga akan memberikan ide perubahan, karena mereka selalu berkomunikasi melalui saling mengunjungi dan membantu dalam tiap pekerjaan.

Perubahan yang dialami masyarakat baduy tidak lepas dari pengawasan pemuka adat yang selalu berusaha menentang segala bentuk perubahan yang terjadi dan berusaha mengembalikan kehidupan masyarakat yang sesuai dengan pikukuh.Penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa anggota keluarga pada masyarakat panamping seperti penggunaan obat-obat dari luar misalnya, menunjukkan adanya keraguan dalam memilih cara hidup yang sudah berlaku (berdasarkan adat) atau melepaskannnya. Banyak mereka yang melanggar adat dengan alasan tidak diketahui Pu’un. Satu hal yang patut dicatat perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat baduy berlangsung menurut proses adaptasi dalam jangka waktu yang sangat panjang (relatif lama).


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Modernisasi memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat suku Baduy, baik Baduy-Dalam maupun Baduy-Luar. Adanya faktor-faktor pendorong perubahan atau modernisasi membuat masyarakat suku Baduy secara perlahan berubah dan diperbolehkan untuk tidak mengikuti peraturan adat istiadat yang ada. Perubahan ini terlihat jelas pada masyarakat suku Baduy-Luar. Mereka secara perlahan mulai keluar dari adat suku Baduy yang tidak memperbolehkan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Penggunaan telepon seluler, kasur, gelas, piring dan barang-barang lainnya membuktikan bahwa mereka mulai berubah dan mengalami pergeseran terhadap adat istiadat suku Baduy. Di sisi lain, suku Baduy-Dalam masih tetap patuh mengikuti peraturan adat yang telah dibuat.
            B.  Saran
Karena masih adanya masyarakat suku Baduy yang mengikuti adat istiadat untuk tidak berinteraksi dengan dunia luar, pemerintah seharusnya berusaha untuk memberi pengetahuan-pengetahuan agar masyarakat Baduy sadar akan pentingnya berinteraksi dengan dunia luar. Pemerintah dapat memberikan pemahaman atau sosialisasi tentang dunia luar tanpa harus merusak atau mengabaikan adat istiadat suku Baduy yang telah dibuat.




DAFTAR PUSTAKA

Ø  Garna Y. 1993. Masyarakat Baduy di Banten dalam Masyarakat Terasing di Indonesia. Jakarta : Departemen Sosial dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial dengan Gramedia Pustaka Utama.
Ø  http://radenirinne.blogspot.com/2014/05/pengaruh-modernisasi-terhadap-kehidupan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar