MAKALAH
“Profil Pengusaha dengan Model Starting, Franchising
dan Buying”
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Dewi
Amaliah Nafiati, S.Pd., M.Si.
Disusun Oleh :
Nama : Eva Nur Saadah
NPM : 1314500045
Semester : III B /
Konsentrasi Akuntansi
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Profil Pengusaha
dengan Model Starting, Franchising dan Buying” Penyusun menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat untuk
menambah informasi dan motivasi dalam
dunia usaha. Dengan segala keterbatasan yang ada pada
penyusun, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Tegal,
November
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ...............i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ...............ii
DAFTAR ISI................................................................................................... ..............iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... ...............1
B. Rumusan Masalah..................................................................... ...............1
C. Tujuan....................................................................................... ...............2
D. Metode Penulisan..................................................................... ...............2
E. Sistematika Penulisan............................................................... ...............2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ ...............3
A. Model Usaha
Starting, Franchising dan Buying.......................................3
B. Perjalanan Usaha Mooryati Soedibyo
dengan Model Starting.................8
C. Perjalanan
Usaha Hendy Setiono dengan Model Franchising................13
D. Perjalanan
Usaha Danaroh dengan Model Buying................................16
BAB III PENTUTUP................................................................................... ……….19
A. Kesimpulan............................................................................... ……….19
B. Saran......................................................................................... ……….19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................………….20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mana
kita ketahui, untuk menjadi seorang wirausaha atau kewirausahaan yang sukses
tidak hanya mempunyai keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga
mempunyai kemauan dan kemampuan. Mampu dalam menangkap ide peluang peluang
bisnis dan manajerialnya, cakap untuk bekerja, mengorganisir, kreatif serta
mempunyai kemamuan yang kuat untuk konsisten dan tidak mudah menyerah.
Melihat
realita di zaman sekarang sangat sulit mencari pekerjaan, karena lowongan
pekerjaan lebih sedikit dibandingkan pencari pekerjaan. Di desa maupun di kota
sama- sama sulit mencari pekerjaan. Kami mencoba untuk meneliti cara mendirikan
usaha, agar muncul usaha- usaha baru
untuk para pencari kerja. Ada tiga cara untuk memulai atau memasuki dunia usaha
atau kewirausahaan yaitu merintis usaha baru, membeli perusahaan yang sudah ada
di pasar dan kerja sama manajemen.
Oleh karena
itu penulis akan membahas tentang model memulai usaha yang terdiri dari
starting, franchising dan buying serta melihat profil pengusaha yang telah
sukses dengan menggunakan masing-masing model tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Model
Usaha Starting, Franchising dan Buying ?
2.
Bagaimana Perjalanan Usaha Mooryati Soedibyo dengan
model Starting ?
3.
Bagaimana Perjalanan Usaha Hendy Setiono dengan model
Franchising ?
4.
Bagaimana Perjalanan Usaha Danaroh dengan model Buying ?
C.
Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi
tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan serta menambah motivasi di dunia usaha.
D. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan,
penulis memgunakan internet untuk mencari materi yang berhubungan dengan
penulisan makalah ini.
E.
Sistematika Penulisan
Pada makalah ini,
penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan pandahuluan, meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Kedua, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya
satu persatu terutama yang berkaitan dengan “Profil Pengusaha dengan Model
Starting, Franchising dan Buying”. Ketiga, penutup dalam
makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan
memberikan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model Usaha
Starting, Franchising dan Buying
Ada tiga cara yang dapat dilakukan
untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha:
·
Merintis usaha baru (starting)
1.
Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship),
bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.
2.
Persekutuan (partnership), suatu kerjasama
(aosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha
bersama.
3.
Perusahaan berbadan hukum (corporation),
perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
· Dengan
membeli perusahaan orang lain (buying)
· Kerjasama
manajemen (franchising)
a.
Merintis Usaha Baru (Starting)
Wirausaha
adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian
menghadapi resiko.
Sebagai
pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana
usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
·
Kecakapan untuk bekerja
·
Kemampuan mengorganisir
·
Kreatif
·
Lebih menyukai tantangan
Menurut
hasil survei Peggy Lambing:
·
Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide
bisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan
atau tempat-tempat profesional lainnya.
·
Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa
mampu mengerjakannya dengan lebih baik.
·
Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai
usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.
Dalam
merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Ø Bidang dan
jenis usaha yang dimasuki.
Beberapa bidang usaha yang bisa
dimasuki, diantaranya:
1. Bidang usaha
pertanian (pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan).
2. Bidang usaha
pertambangan (galian pasir, galian tanah, batu, dan bata).
3. Bidang usaha
pabrikasi (industri perakitan, sintesis).
4. Bidang usaha
konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan raya).
5. Bidang usaha
perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor).
6. Bidang jasa
keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi).
7. Bidang jasa
perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering).
8. Bidang usaha
jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi).
9. Bidang usaha
jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata dan
usaha sarana wisata).
Ø Bentuk usaha
dan kepemilikan yang akan dipilih
Ada beberapa kepemilikan usaha yang
dapat dipilih, diantaranya perusahaan perseorangan, persekutuan (dua macam
anggota sekutu umum dan sekutu terbatas), perseroan, dan firma.
Ø Tempat usaha
yang akan dipilih
Dalam menentukan tempat usaha ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
1.
Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh
konsumen atau pelanggan maupun pasar?
2.
Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
3.
Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong
lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya
Ø Organisasi
usaha yang akan digunakan.
Kompleksitas organisasi usaha
tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha. Fungsi
kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial
dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka semakin
besar fungsi kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang
dimilikinya.
Ø Lingkungan
usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong
maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi
jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan
yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti pemasok,
karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen,
dan lainnya.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.
b.
Kerjasama Manajemen/Waralaba (Franchising)
Franchising adalah
kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari Franchising
adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
Franchisor adalah
(perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan franchise
adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
c.
Membeli Perusahaan yang sudah didirikan (Buying)
Banyak alasan mengapa seseorang
memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis
usaha baru, antara lain:
·
Resiko lebih rendah
·
Lebih mudah
·
Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat
ditawar
Membeli perusahaan yang sudah ada
juga mengandung permasalahan, yaitu:
·
Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya
pesaing dan ukuran peluang pasar
·
Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, misalnya image atau reputasi perusahaan.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Usaha Starting, Franchising dan Buying
Bentuk
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Merintis
usaha
(Starting)
|
|
|
Membeli
perusahaan
(Buying)
|
|
|
Kerjasama manajemen
(Franchising)
|
|
|
B.
Perjalanan Usaha
Mooryati Soedibyo dengan Model Starting
Sebagai salah satu cucu Sri Susuhunan Pakoeboewono X, Mooryati Soedibyo
yang lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 ini, dibesarkan dengan tradisi kraton
Surakarta yang kental. Ia mendapat pendidikan secara tradisional yang
menekankan pada tata krama, seni tari klasik, kerawitan, membatik, ngadi saliro
ngadi busono, mengenal tumbuh-tumbuhan berkhasiat, meramu jamu dan kosmetika
tradisional dari bahan alami, bahasa dan sastra Jawa, tembang dengan langgam
mocopat, aksara Jawa kuno dan bidang seni lainnya. Tentu diluar tembok keraton
hal-hal tersebut sangat bermanfaat.
Manusia memang dipengaruhi masa kecil, lingkungan sekitar dan keluarga.
Sejak kecil, Mooryati Soedibyo atau akrab disapa Bu Moor ini memang sudah
tinggal di istanah. Sehingga sangat lekat sekali didikan ningrat atau ala
keraton termasuk mengenal tumbuh-tumbuhan alam yang berkhasiat sebagai obat dan
kosmetik. Sebagai contoh, jika batuk Bu Moor lebih suka mengonsumsi kencur
dengan sedikit garam, namun tentu itu hanya sebagai pertolongan pertama saja.
Cita-cita awal Bu Moor adalah ingin menjadi diplomat namun ia malah
ditakdirkan hanya menjadi ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Ia memulai
bisnis jamu dann kecantikan justru pada umur 45 tahun. Awalnya beliau hanya
mengajak dan menganjurkan orang-orang di sekelilingnya termasuk teman-temannya
untuk memakai bahann alami asli Indonesia. Namun kemudian ada orang yang
memberi ide, mengapa hanya mengajak saja, mengapa tidak sekalian membuat?
Akhirnya dari situlah beliau mulai menerima pesanan berbagai jamu-jamuan khas
Jawa dan lama-kelamaan makin banyak yang memesan.
Meski warisan turun temurun , jamu yang berbahan herbal tetap harus
diteliti. Karena ada banyak tumbuhan dengan beragam khasiat. Apalagi Indonesia
adalah negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
“Dengan penelitian ini, jamu harus berkembang dan terus berkembang. Mengapa
begitu karena hidup juga berubah jadi kita harus terus berinovasi,” begitu
jelas beliau.
“Mustika Ratu” adalah nama yang kemudian dipakai oleh Bu Moor sebagai brand
atas jamu-jamu hasil racikannya. Nama Mustika Ratu sebenarnya bersumber dari
kalimat filosofi Jawa yaitu Trahing kusumo rembesing madu, trahing sinatrio
mustikaning ratu, yang artinya kira-kira adalah The Royal Heritage.
Mustika Ratu membuat nama wanita berputera lima ini lantas mencuat sebagai
seorang pengusaha ternama di Indonesia. Beliau menjadi wanita dengan nomor urut
7 sebagai 99 wanita yang paling berpengaruh di Indonesia 2007 versi majalah
Globe Asia. Produk Mustika Ratu tak hanya di Indonesia saja namun juga diekspor
ke lebih dari 20 negara diantaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan,
Timur-Tengah, Malaysia dan Brunei juga negara-negara di benua Amerika.
Produknya juga mulai beragam sampai 800 buah, mulai dari produk untuk balita,
remaja dan dewasa mulai dari kualitas super dan premium.
Ø Awal Memulai Usaha
Diakuinya bahwa dirinya mengembangkan bisnisnya juga mengalir begitu saja,
Secara Tradisional saja. Seperti produk yang dihasilkannya, Tradisional. Saat
itu ia hanya punya modal 25 ribu. Tetapi memang bahan-bahan saat itu sangat
murah sehingga dengan uang 25 ribu saja sudah bisa dapat banyak bahan. Dari
modal itu ia kemudian memperoleh keuntungan berlipat. Dari keuntungan itu ia
putarkan lagi dan terus begitu sampai akhirnya bisa membuat pabrik pada tahun
1978 dan usahanya berubah menjadi PT pada tahun 1981. “Itu Amazing! Hampir
tidak bisa saya percaya. Saya memulainya dari garasi rumah. Apalagi saya
memulainya secara trial and error, wong memang tidak bisa dagang kok.” ujarnya
dengan logat Jawa.
Mustika Ratu kemudian berkembang tak hanya produk jamu dan kosmetika saja
namun kemudian merambah ke bisnis spa dengan sistem franchise di luar negeri.
Konsepnya Jawa, Taman Sari seperti di Yogya, dimana konsep ini mengambil budaya
Yogya yang mana adalah asal dari suami Bu Moor.
Franchise nya sendiri sudah ada di Jepang, Kanada, Chekoslovakia, Bulgaria,
Malaysia. Cabangnya ada 8 di luar negeri dan 7 di Indonesia. Dimana semua bahan
dan ramuannya dikirim langsung dari Indonesia. “Karena kebetulan saya juga
punya sekolah kecantikan yang mengajarkan banyak ketrampilan. Saya selalu
terkesan melihat bagaimana orang luar negeri begitu menghargai tradisi ini.
Sementara di Indonesia sendiri justru dianggap kuno. Kita sering kurang menghargai
tradisi kita sendiri, padahal kebudayaan kita banyak ditiru dan diambil orang
lain.” Begitu jelas Bu Moor.
Ø Progres PT. Mustika
Ratu, Tbk
PT. Mustika ratu, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufacturing yang
tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 27 juli 1995 dengan
menerbitkan 80.000.000 lembar saham pada perdagangan perdananya.
PT. Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan yang menjadi sponsor utama dalam
Pemilihan Puteri Indonesia dan sekarang sudah mulai Go Internasional dengan
mengirimkan Puteri Indonesia untuk mengikuti pemilihan Miss Universe. Dengan
tujuan untuk mengangkat image produk-produk Mustika Ratu yang mengusung
kosmetika tradisional ke pasar Internasional.
PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan kosmetik dan perawatan kesehatan
terbesar dan terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini banyak di incar oleh
beberapa perusahaan raksasa seperti perusahaan kosmetik oriflamme yang
merupakan perusahaan asal swedia yang berupaya untuk membeli hak paten Mustika
Ratu untuk di pasarkan di Eropa, dan selain itu juga perusahaan Unilever
Indonesia juga berupaya untuk mendekati dan membeli saham PT Mustika Ratu.
Di dalam negeri PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan yang memiliki image
yang baik dimata konsumen, karena kebanyakan produk-produknya di gunakan oleh
artis, dan merupakan slah satu perusahaan yang mengedepankan bahan-bahan alami
dari tumbuh-tumbuhan ditengah isu maraknya kosmetik yang mengandung bahan kimia
yang berbahaya, tidak hanya itu perusahaan juga menerapkan strategi pemasarn
yang menggunakan endorser sebagai pendorong penjualan.
Saat ini, ada banyak produsen kosmetik di Indonesia. Tetapi hanya sedikit
perusahaan yang memproduksi kosmetik dengan bahan baku alami atau herbal. MRAT
sebagai produsen kosmetik dan perawatan kesehatan muncul sebagai pelopor dalam
mengembangkan produk dengan menggunakan bahan herbal. Dengan pengalaman lebih
dari 30 tahun di dalam industri ini, MRAT dapat mempertahankan secara konsisten
budaya asli Indonesia. Era modern tidak menghambat penjualan MRAT untuk tumbuh.
Sebagai bukti, MRAT membuktikan kelasnya dengan menjadi salah satu produsen
kosmetik dan perawatan kesehatan terbesar di Indonesia. Di 2010, angka laba
bersih naik sebesar 16,19% menjadi Rp 24 miliar dari sebelumnya Rp 21 miliar di
periode yang sama di 2009. Peningkatan laba bersih juga terjadi pada 1Q2011.
MRAT mencatatkan penjualan sebesar Rp 83 miliar, lebih baik dari 1Q2010 yang
hanya Rp 79 miliar.
Dalam menyambut era pasar bebas ini tantangan yang menunggu para pelaku
industri kosmetik di dalam negeri memang tidak hanya berasal dari persaingan
antar sesama pemain local tetapi juga pemain asing yang mulai marak memasuki
pasar dalam negri. Tidak hanya itu sejak pertengahan tahun lalu, peredaran
kosmetik impor asal China terus menggebrak pasar dalam negri dengan
produk-produknya yang terkenal murah. Namun MRAT tampaknya tidak terpengaruh
dan terus menunjukkan keberhasilannya yaitu Mustika Ratu mampu membukukan
kenaikan penjualan 12,27% menjadi Rp345,58 miliar dibandingkan Rp307,80 miliar
pada 2008. Laba usaha pada 2009 mencapai Rp41,55 miliar atau meningkat 64,24%
dibandingkan dengan Rp25,30 miliar pada 2008. Analis PT Pemeringkat Efek
Indonesia (Pefindo) Dipo Akbar Panuntun menilai efisiensi perseroan berperan
besar dalam pencapaian peningkatan laba usaha. “Mustika Ratu sukses menekan
beban usaha dari 47,45% menjadi 44,44%, sehingga mereka membukukan margin usaha
yang lebih baik yaitu sebesar 12,02% pada 2009 dibandingkan dengan 8,22% pada
2008,” paparnya dalam riset yang dipublikasikan pada 26 Oktober lalu. Pada
periode Januari-September tahun ini, penjualan tumbuh 4,14% menjadi Rp252,41
miliar dibandingkan dengan Rp242,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pemegang saham PT. Mustika
Ratu, Tbk sebagian besar dimiliki oleh keluarga sebesar 71,26%, sisanya berada
dalam public. Hal ini berarti bahwa perusahaan memiliki kendali penuh terhadap
manajemen perusahaan.
Tabel PT.
Mustika Ratu Tbk
The Shareholders
As Of March 31, 2011
The Shareholders
As Of March 31, 2011
Pemegang Saham
|
Number of Stocks Issued and Fully paid
|
Percentage of Ownership
|
Amount (Rp)
|
PT
Mustika Ratu Investama
|
305.002.000
|
71,26%
|
38.125.250.000
|
Mellon
S/A Investors PAC Intl
|
38.453.500
|
8,98%
|
4.806.687.500
|
Public
(each
below 5% ownership)
|
84.544.500
|
19,75%
|
10.568.062.500
|
Jumlah
|
428.000.000
|
100,00%
|
53.500.000.000
|
C.
Perjalanan
Usaha Hendy Setiono dengan Model Franchising
Ide bisnis bisa timbul
kapan saja dan dimana saja. Hendy Setiono kelahiran Surabaya 30
Maret 1983 misalnya, menemukan ide bisnis setelah dirinya mencoba makanan khas
Timur Tengah, kebab. Pada Mei 2003, ia mengunjungi sang Ayah yang kerja di
perusahaan minyak di Qatar. Disana, ia banyak menemui kedai Kebab yang sangat
ramai diserbu pembeli. Karena penasaran, akhirnya iapun mencoba untuk
membelinya, “Ternyata rasanya sangat enak, saya tak menduga sebelumnya,” ungkap
Hendy.
Sejak saat itu
muncullah keinginannya untuk membuka bisnis kebab di tanah air. Alasannya
sederhana, selain rasanya enak, makanan kebab belum banyak dijumpai di
Indonesia. Padahal banyak orang Indonesia yang keturunan Arab, atau banyak
orang Indonesia yang naik haji dan pernah mencicipi disana. Mungkin dengan
mencicipi kebab dari outlet Hendy, mereka bisa bernostalgia saat mereka haji atau
umroh.
Hendy kemudian
bereksperimen dan mengambil kesimpulan bahwa kebab asal Turki adalah yang
paling enak. Sehingga ia menggunakan “trade mark” Turki untuk menarik calon
pelanggan, yaitu “Kebab Turki Baba Rafi”.
Ø Awal Memulai Usaha
Mengawali sebuah bisnis
memang tak semudah membalik telapak tangan namun juga tak sesulit membuat
roket. Begitu tiba di tanah air, Hendy langsung menyususn strategi bisnis. Ia
mencari rekanan bisnis. Ia tidak ingin usahanya asal-asalan. Ia kemudian
bertemu dengan kawannya yang juga senang kuliner yaitu Hasan Baraja.
Mereka kemudian sepakat
untuk melakukan bisnis walau penuh trial and error. Mereka berdua kemudian
melakukan penjajakan bisnis, pangsa pasar dan berusaha memodifikasi resep kebab
yang familiar terhadap lidah orang Indonesia khususnya Surabaya sebagai kota
pertama hendy memulai bisnis.
Jika menggunakan resep
Kebab yang asli, aroma cengkeh dan ladanya sangat terasa dan ini tak cocok
dengan lidah Surabaya. Selain itu, ukuran porsi kebab yang asli juga terlalu besar,
tidak cocok dengan orang Indonesia yang
kemungkinan kebab hanya akan menjadi makanan camilan saja.
Akhirnya Hendy dan
Hasan berhasil memodifikasi resep an ukuran kebab yang pas untuk dipasarkan di
Surabaya. Kombinasi bahan yang digunakannya membuat lidah tergiur. Bayangkan,
daging panggang berbumbu, menyebarkan aroma yang membangkitkan selera,
ditambahi dengan irisan sayur segar, mayonaise, saos tomat dan sambal istimewa,
dengan penyajian menarik, digulung dalam lembaran tortila lembut.
Proses peracikan resep
yang pas butuh waktu tiga bulan. Dengan modal sekitar 10 juta, pada September
2003, gerobak kebab pertamanya mulai beroperasi. Masa-masa awal usahanya diakui
Hendy sangatlah berat. Pernah uang dagangannya dibawa kabur karyawan.
Gonta-ganti karyawan juga sangat sering. Baru beberapa minggu bekerja, karyawan
sudah minta keluar. Bahkan Hendy dan istrinya, Nilam Sari, pernah harus
berjualan sendiri. Namun karena hari itu hujan, tak banyak orang lalu lalang
untuk jajan, “Uang hasil jualan hari itu digunakan membeli makan di warung
seafood saja tak cukup.” Ungkapnya.
Ø Progres Kebab Turki
Baba Rafi
Strategi promosi dan
publikasi kebab Turki Baba Rafi jelas; kualitas adalah segalanya. Oleh sebab
itu Baba Rafi menyiapkan pasukan khusus untuk quality kontrol yang akan selalu
memandu dan memantau kondisi setiap outlet. Tugas divisi quality control adalah
selalu mengecek dan mempertahankan kualitas rasa, pelayanan dan kebersihan
serta value produk. Line khusus untuk pengaduan konsumen juga dipersiapkan.
Hendy juga selalu
mengedepankan inovasi yang membuat produknya digemari, salah satunya adalah
pemasakan daging yang diasap bukan digoreng, ini akan menimbulkan aroma yang
lebih sedap dan mampu menggiring orang untuk mencobanya, dan lagi dan membeli
lagi.
Varian kebab juga
banyak seperti Winner Kebab, Hot Dog Jumbo, Syawarma, Kebab isi sosis istimewa,
Kebab Gila dan Kebab Picok (Kebab Pisang Coklat). Harganya juga berkisar antara
8 ribu hingga belasan ribu, pokoknya masih dibawah 20 ribu.
Alhasil banyak yang
kepincut dengan rasa Kebab Turki Baba Rafi serta banyak yang berminat menjadi
mitra. Dari sinilah kemudian Hendy mematenkan kebabnya dan membuka peluang
franchisee. Melalui PT Baba Rafi Indonesia, perusahaan ini kemudian membuka
peluang kemitraan tersebut dengan harga mulai 50 jutaan .
Yang sangat luar biasa
dari bisnis ini adalah, Hendy hanya butuh waktu 3-4 tahun untuk mengembangkan
sayap dimana-mana. Kini outlet Kebab Turki Baba Rafi telah berkembang hingga
lebih dari 375 outlet dan mempekerjakan karyawan sebanyak lebih dari 200-an
orang. Omsetnya juga fantastis yaitu sekitar 16 miliar per tahun.
D.
Perjalanan
Usaha Danaroh dengan Model Buying
Warung Tegal
pada awalnya banyak dikelola oleh masyarakat dari tiga desa di Tegal yaitu
Warga desa Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon, Kecamatan Dukuhturi Kabupaten
Tegal. Tetapi saat ini warteg sudah menyebar sampai ke Cabawan, Margadana.
Warteg
warung nasi yang lahir dari tangan para perantau asal Tegal memang telah
melebur dengan masyarakat Jakarta. Kesan warteg memang terlihat jelas disini.
Lauk - pauk disajikan diatas wadah stainless steel di balik etalase, sehingga
pengunjung bisa memilih langsung makanan yang diinginkan. Beragam jenis makanan
dan murahnya harga tentu menjadi daya tarik Warteg.
Usaha Warteg
inilah yang kemudian dipilih oleh Ibu Danaroh untuk dijadikan sebagai sumber
penghasilannya. Ibu Danaroh ini sebelumnya memang sudah menjalankan usaha
warteg yang juga merukan usaha keluarga, namun ia akhirnya memberanikan diri
untuk mengelola warteg sendiri.
Ø Awal Memulai Usaha
Ibu Danaroh
dan Bapak Yusuf warga Desa Sidapurna Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal adalah
salah satu profil wirausaha sukses dengan model buying. Mereka membeli usaha
Warteg yang sebelumnya dimiliki oleh Bapak Tasripin yang juga masih memiliki
ikatan saudara dengan Ibu Danaroh. Usaha warteg yang sebelumnya di jalankan
oleh Bapak Tasripin ini pada tahun 2011 mengalami hambatan dalam sistem
manajemennya yang mengakibatkan kurangnya pembeli pada wartegnya tersebut. Saat
itulah wartegnya dijual kepada Ibu Danaroh. Ibu Danaroh kemudian mengelola
usaha warteg ini dengan sistem yang lebih baik dari pengelolaan yang dilakukan
oleh Bapak Tasripin. Seiring berjalannya waktu warteg ini mengalami peningkatan
penjualan.
Warteg Ibu
Danaroh ini berlokasi di daerah Rawamangun Jakarta Timur, Wartegini buka mulai
pukul 06.00 WIB untuk melayani para pekerja kantor untuk sarapan, ngopi, dan
lain-lain. Dan tutup pukul 22.00 WIB.
Sampai saat
ini setiap hari Ibu Danaroh harus memasak 50 kilogram beras. Pada bulan
Ramadhan, jumlah beras yang dimasak juga tetap sama. Setiap hari Beliau belanja
keperluan warteg sampai Rp 1.000.000. Puasa tidak puasa, belanjanya sama.
Warteg ini memperkerjakan 4 orang, yang terdiri dari 2 orang untuk bagian masak,
2 orang bagian melayani dan nyuci piring, sedangkan yang belanja di pasar bapak
pemilik Warteg itu sendiri. Sejak pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.00 WIB Bapak Yusuf sudah berangkat ke pasar untuk
belanja sampai pukul 06.00 WIB. Sedangkan Ibu Danaroh dan 2 orang yang
membantunya langsung memasak mulai pukul 04.00 – 09.00 WIB.
Ø Progres Warteg Danaroh
Saat ini penghasilan
bersih yang diperoleh Bapak Yusuf dan Ibu Danaroh perhari mencapai Rp 1.5000.000,
sehingga dalam sebulan penghasilan bersihnya kurang lebih sebesar Rp 45.000.000
sudah dipotong untuk membayar 4 orang pembantunya.
Dan dalam
waktu 4 tahun, Ibu Danaroh dapat mendirikan sebuah rumah yang cukup luas,
berkat usaha warteg yang ia jalankan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendirikan
usaha dapat dimulai dengan 3 model yaitu memulai usaha baru (starting),
kerjasama manajemen (franchising) dan membeli usaha milik orang lain (buying).
Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil contoh profil wirausaha yang telah
sukses dengan memulai usaha menggunakan masing – masing model. Seperti Usaha Mustika
Ratu di bidang jamu dan kosmetika oleh Mooryati Soedibyo dengan Model Starting,
Usaha Kebab Turki Baba Rafi dibidang makanan oleh Hendy Setiono dengan Model
Franchising, dan Usaha Warteg dibidang makanan oleh Danaroh dengan Model Buying.
B. Saran
Bagaimana
cara dan apapun bidang/jenis usaha yang akan kita masuki pastilah memiliki
kelebihan dan kelemahan. Untuk itu kita harus dapat menentukan bidang dan jenis
usaha apa yang akan kita mulai, apakah kita mempunyai keahlian di bidang usaha
yang akan kita masuki tersebut, agar tidak mengalami kejadian yang fatal
dikemudian hari, yaitu usaha yang kita dirikan hancur atau berhenti begitu saja
karena kita tidak memiliki kompetensi di bidang usaha yang kita mulai.
Sehingga dalam memulai usaha kita harus dapat menyesuaikan dengan modal
yang kita miliki dan melihat kemampuan yang kita miliki agar usaha yang kita
jalankan itu dapat berkembang dan mencapai kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/2013/11/biografi-hendy-setiono-pemilik-dan.html
Ø http://aanedward.blogspot.co.id/2013/04/profil-perusahaan-mustika-ratu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar