Rabu, 13 April 2016

Makalah Profil Pengusaha dengan Model Starting, Franchising dan Buying



MAKALAH
Profil Pengusaha dengan Model Starting, Franchising dan Buying

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Dewi Amaliah Nafiati, S.Pd., M.Si.


Disusun Oleh :

Nama           : Eva Nur Saadah                 
                   NPM              : 1314500045               
Semester     : III B / Konsentrasi Akuntansi




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015



KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Profil Pengusaha dengan Model Starting, Franchising dan Buying” Penyusun menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat untuk menambah informasi dan motivasi dalam dunia usaha. Dengan segala keterbatasan yang ada pada penyusun, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                           Tegal,      November 2015



                     Penyusun





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ...............i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ...............ii
DAFTAR ISI................................................................................................... ..............iii
BAB    I     PENDAHULUAN.........................................................................................1
A.    Latar Belakang Masalah........................................................... ...............1
B.     Rumusan Masalah..................................................................... ...............1
C.     Tujuan....................................................................................... ...............2
D.    Metode Penulisan..................................................................... ...............2
E.     Sistematika Penulisan............................................................... ...............2
BAB    II   PEMBAHASAN............................................................................ ...............3
A.    Model Usaha Starting, Franchising dan Buying.......................................3
B.     Perjalanan Usaha Mooryati Soedibyo dengan Model Starting.................8
C.     Perjalanan Usaha Hendy Setiono dengan Model Franchising................13
D.    Perjalanan Usaha Danaroh  dengan Model Buying................................16
BAB    III  PENTUTUP................................................................................... ……….19
A.    Kesimpulan............................................................................... ……….19
B.     Saran......................................................................................... ……….19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................………….20






BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Sebagai mana kita ketahui, untuk menjadi seorang wirausaha atau kewirausahaan yang sukses tidak hanya mempunyai keterampilan di bidang usaha tertentu akan tetapi juga mempunyai kemauan dan kemampuan. Mampu dalam menangkap ide peluang peluang bisnis dan manajerialnya, cakap untuk bekerja, mengorganisir, kreatif serta mempunyai kemamuan yang kuat untuk konsisten dan tidak mudah menyerah.

Melihat realita di zaman sekarang sangat sulit mencari pekerjaan, karena lowongan pekerjaan lebih sedikit dibandingkan pencari pekerjaan. Di desa maupun di kota sama- sama sulit mencari pekerjaan. Kami mencoba untuk meneliti cara mendirikan usaha, agar muncul  usaha- usaha baru untuk para pencari kerja. Ada tiga cara untuk memulai atau memasuki dunia usaha atau kewirausahaan yaitu merintis usaha baru, membeli perusahaan yang sudah ada di pasar dan kerja sama manajemen.

Oleh karena itu penulis akan membahas tentang model memulai usaha yang terdiri dari starting, franchising dan buying serta melihat profil pengusaha yang telah sukses dengan menggunakan masing-masing model tersebut.

B.      Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Model Usaha Starting, Franchising dan Buying ?
2.      Bagaimana Perjalanan Usaha Mooryati Soedibyo dengan model Starting ?
3.      Bagaimana Perjalanan Usaha Hendy Setiono dengan model Franchising ?
4.      Bagaimana Perjalanan Usaha Danaroh  dengan model Buying ?

C.     Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta menambah motivasi di dunia usaha.

D.     Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis memgunakan internet untuk mencari materi yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.

E.      Sistematika Penulisan

Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan pandahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Kedua, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan “Profil Pengusaha dengan Model Starting, Franchising dan Buying”. Ketiga, penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Model Usaha Starting, Franchising dan Buying
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha:
·    Merintis usaha baru (starting)
1.      Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.
2.      Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
3.      Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
·  Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)
·  Kerjasama manajemen (franchising)

a.      Merintis Usaha Baru (Starting)
Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi resiko.
Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki:
·         Kecakapan untuk bekerja
·         Kemampuan mengorganisir
·         Kreatif
·         Lebih menyukai tantangan


Menurut hasil survei Peggy Lambing:
·         Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya.
·         Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik.
·         Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Ø  Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:
1.      Bidang usaha pertanian (pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan).
2.      Bidang usaha pertambangan (galian pasir, galian tanah, batu, dan bata).
3.      Bidang usaha pabrikasi (industri perakitan, sintesis).
4.      Bidang usaha konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan raya).
5.      Bidang usaha perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor).
6.      Bidang jasa keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi).
7.      Bidang jasa perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering).
8.      Bidang usaha jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi).
9.      Bidang usaha jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata dan usaha sarana wisata).
Ø  Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya perusahaan perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu terbatas), perseroan, dan firma.

Ø  Tempat usaha yang akan dipilih
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
1.      Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan maupun pasar?
2.      Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
3.      Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya

Ø  Organisasi usaha yang akan digunakan.
Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka semakin besar fungsi kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
Ø  Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.


b.      Kerjasama Manajemen/Waralaba (Franchising)
Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
c.       Membeli Perusahaan yang sudah didirikan (Buying)
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:
·         Resiko lebih rendah
·         Lebih mudah
·         Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar
Membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung permasalahan, yaitu:
·         Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar
·         Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya image atau reputasi perusahaan.







Kelebihan dan Kekurangan Model Usaha Starting, Franchising dan Buying
Bentuk
Kelebihan
Kekurangan
Merintis usaha
(Starting)
  • Gagasan Murni
  • Bebas beroperasi
  • Fleksibel dan mudah penggunaan
  • Pengakuan nama barang
  • Fasilitas inefisien
  • Persaingan kurang diketahui
Membeli perusahaan
(Buying)
  • Kemungkinan sukses
  • Lokasi sudah cocok
  • Karyawan dan pemasok biasanya sudah mantap
  • Sudah siap operasi
  • Perusahaan yang dijual biasanya lemah
  • Peralatan tak efisien
  • Mahal
  • Sulit inovasi
Kerjasama manajemen
(Franchising)
  • Mendapat pengalaman dalam logo, nama, metoda teknik produksi, pelatihan dan bantuan modal
  • Penggunaan nama, Merek yang sudah dikenal
  • Tidak mandiri
  • Kreativitas tidak berkembang
  • Menjadi independen, terdominasi, rentan terhadap perubahan franchisor



  



B.     Perjalanan Usaha Mooryati Soedibyo dengan Model Starting



Sebagai salah satu cucu Sri Susuhunan Pakoeboewono X, Mooryati Soedibyo yang lahir di Surakarta, 5 Januari 1928 ini, dibesarkan dengan tradisi kraton Surakarta yang kental. Ia mendapat pendidikan secara tradisional yang menekankan pada tata krama, seni tari klasik, kerawitan, membatik, ngadi saliro ngadi busono, mengenal tumbuh-tumbuhan berkhasiat, meramu jamu dan kosmetika tradisional dari bahan alami, bahasa dan sastra Jawa, tembang dengan langgam mocopat, aksara Jawa kuno dan bidang seni lainnya. Tentu diluar tembok keraton hal-hal tersebut sangat bermanfaat.

Manusia memang dipengaruhi masa kecil, lingkungan sekitar dan keluarga. Sejak kecil, Mooryati Soedibyo atau akrab disapa Bu Moor ini memang sudah tinggal di istanah. Sehingga sangat lekat sekali didikan ningrat atau ala keraton termasuk mengenal tumbuh-tumbuhan alam yang berkhasiat sebagai obat dan kosmetik. Sebagai contoh, jika batuk Bu Moor lebih suka mengonsumsi kencur dengan sedikit garam, namun tentu itu hanya sebagai pertolongan pertama saja.

Cita-cita awal Bu Moor adalah ingin menjadi diplomat namun ia malah ditakdirkan hanya menjadi ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Ia memulai bisnis jamu dann kecantikan justru pada umur 45 tahun. Awalnya beliau hanya mengajak dan menganjurkan orang-orang di sekelilingnya termasuk teman-temannya untuk memakai bahann alami asli Indonesia. Namun kemudian ada orang yang memberi ide, mengapa hanya mengajak saja, mengapa tidak sekalian membuat? Akhirnya dari situlah beliau mulai menerima pesanan berbagai jamu-jamuan khas Jawa dan lama-kelamaan makin banyak yang memesan.

Meski warisan turun temurun , jamu yang berbahan herbal tetap harus diteliti. Karena ada banyak tumbuhan dengan beragam khasiat. Apalagi Indonesia adalah negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. “Dengan penelitian ini, jamu harus berkembang dan terus berkembang. Mengapa begitu karena hidup juga berubah jadi kita harus terus berinovasi,” begitu jelas beliau.

“Mustika Ratu” adalah nama yang kemudian dipakai oleh Bu Moor sebagai brand atas jamu-jamu hasil racikannya. Nama Mustika Ratu sebenarnya bersumber dari kalimat filosofi Jawa yaitu Trahing kusumo rembesing madu, trahing sinatrio mustikaning ratu, yang artinya kira-kira adalah The Royal Heritage.

Mustika Ratu membuat nama wanita berputera lima ini lantas mencuat sebagai seorang pengusaha ternama di Indonesia. Beliau menjadi wanita dengan nomor urut 7 sebagai 99 wanita yang paling berpengaruh di Indonesia 2007 versi majalah Globe Asia. Produk Mustika Ratu tak hanya di Indonesia saja namun juga diekspor ke lebih dari 20 negara diantaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur-Tengah, Malaysia dan Brunei juga negara-negara di benua Amerika. Produknya juga mulai beragam sampai 800 buah, mulai dari produk untuk balita, remaja dan dewasa mulai dari kualitas super dan premium.

Ø Awal Memulai Usaha

Diakuinya bahwa dirinya mengembangkan bisnisnya juga mengalir begitu saja, Secara Tradisional saja. Seperti produk yang dihasilkannya, Tradisional. Saat itu ia hanya punya modal 25 ribu. Tetapi memang bahan-bahan saat itu sangat murah sehingga dengan uang 25 ribu saja sudah bisa dapat banyak bahan. Dari modal itu ia kemudian memperoleh keuntungan berlipat. Dari keuntungan itu ia putarkan lagi dan terus begitu sampai akhirnya bisa membuat pabrik pada tahun 1978 dan usahanya berubah menjadi PT pada tahun 1981. “Itu Amazing! Hampir tidak bisa saya percaya. Saya memulainya dari garasi rumah. Apalagi saya memulainya secara trial and error, wong memang tidak bisa dagang kok.” ujarnya dengan logat Jawa.

Mustika Ratu kemudian berkembang tak hanya produk jamu dan kosmetika saja namun kemudian merambah ke bisnis spa dengan sistem franchise di luar negeri. Konsepnya Jawa, Taman Sari seperti di Yogya, dimana konsep ini mengambil budaya Yogya yang mana adalah asal dari suami Bu Moor.
Franchise nya sendiri sudah ada di Jepang, Kanada, Chekoslovakia, Bulgaria, Malaysia. Cabangnya ada 8 di luar negeri dan 7 di Indonesia. Dimana semua bahan dan ramuannya dikirim langsung dari Indonesia. “Karena kebetulan saya juga punya sekolah kecantikan yang mengajarkan banyak ketrampilan. Saya selalu terkesan melihat bagaimana orang luar negeri begitu menghargai tradisi ini. Sementara di Indonesia sendiri justru dianggap kuno. Kita sering kurang menghargai tradisi kita sendiri, padahal kebudayaan kita banyak ditiru dan diambil orang lain.” Begitu jelas Bu Moor.

Ø  Progres PT. Mustika Ratu, Tbk


PT. Mustika ratu, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufacturing yang tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 27 juli 1995 dengan menerbitkan 80.000.000 lembar saham pada perdagangan perdananya.

PT. Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan yang menjadi sponsor utama dalam Pemilihan Puteri Indonesia dan sekarang sudah mulai Go Internasional dengan mengirimkan Puteri Indonesia untuk mengikuti pemilihan Miss Universe. Dengan tujuan untuk mengangkat image produk-produk Mustika Ratu yang mengusung kosmetika tradisional ke pasar Internasional.

PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan kosmetik dan perawatan kesehatan terbesar dan terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini banyak di incar oleh beberapa perusahaan raksasa seperti perusahaan kosmetik oriflamme yang merupakan perusahaan asal swedia yang berupaya untuk membeli hak paten Mustika Ratu untuk di pasarkan di Eropa, dan selain itu juga perusahaan Unilever Indonesia juga berupaya untuk mendekati dan membeli saham PT Mustika Ratu. 

Di dalam negeri PT. Mustika Ratu merupakan perusahaan yang memiliki image yang baik dimata konsumen, karena kebanyakan produk-produknya di gunakan oleh artis, dan merupakan slah satu perusahaan yang mengedepankan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan ditengah isu maraknya kosmetik yang mengandung bahan kimia yang berbahaya, tidak hanya itu perusahaan juga menerapkan strategi pemasarn yang menggunakan endorser sebagai pendorong penjualan.

Saat ini, ada banyak produsen kosmetik di Indonesia. Tetapi hanya sedikit perusahaan yang memproduksi kosmetik dengan bahan baku alami atau herbal. MRAT sebagai produsen kosmetik dan perawatan kesehatan muncul sebagai pelopor dalam mengembangkan produk dengan menggunakan bahan herbal. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di dalam industri ini, MRAT dapat mempertahankan secara konsisten budaya asli Indonesia. Era modern tidak menghambat penjualan MRAT untuk tumbuh. Sebagai bukti, MRAT membuktikan kelasnya dengan menjadi salah satu produsen kosmetik dan perawatan kesehatan terbesar di Indonesia. Di 2010, angka laba bersih naik sebesar 16,19% menjadi Rp 24 miliar dari sebelumnya Rp 21 miliar di periode yang sama di 2009. Peningkatan laba bersih juga terjadi pada 1Q2011. MRAT mencatatkan penjualan sebesar Rp 83 miliar, lebih baik dari 1Q2010 yang hanya Rp 79 miliar.

Dalam menyambut era pasar bebas ini tantangan yang menunggu para pelaku industri kosmetik di dalam negeri memang tidak hanya berasal dari persaingan antar sesama pemain local tetapi juga pemain asing yang mulai marak memasuki pasar dalam negri. Tidak hanya itu sejak pertengahan tahun lalu, peredaran kosmetik impor asal China terus menggebrak pasar dalam negri dengan produk-produknya yang terkenal murah. Namun MRAT tampaknya tidak terpengaruh dan terus menunjukkan keberhasilannya yaitu Mustika Ratu mampu membukukan kenaikan penjualan 12,27% menjadi Rp345,58 miliar dibandingkan Rp307,80 miliar pada 2008. Laba usaha pada 2009 mencapai Rp41,55 miliar atau meningkat 64,24% dibandingkan dengan Rp25,30 miliar pada 2008. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Dipo Akbar Panuntun menilai efisiensi perseroan berperan besar dalam pencapaian peningkatan laba usaha. “Mustika Ratu sukses menekan beban usaha dari 47,45% menjadi 44,44%, sehingga mereka membukukan margin usaha yang lebih baik yaitu sebesar 12,02% pada 2009 dibandingkan dengan 8,22% pada 2008,” paparnya dalam riset yang dipublikasikan pada 26 Oktober lalu. Pada periode Januari-September tahun ini, penjualan tumbuh 4,14% menjadi Rp252,41 miliar dibandingkan dengan Rp242,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pemegang saham PT. Mustika Ratu, Tbk sebagian besar dimiliki oleh keluarga sebesar 71,26%, sisanya berada dalam public. Hal ini berarti bahwa perusahaan memiliki kendali penuh terhadap manajemen perusahaan.


Tabel PT. Mustika Ratu Tbk
The Shareholders
As Of March 31, 2011
Pemegang Saham
Number of Stocks Issued and Fully paid
Percentage of Ownership
Amount (Rp)
PT Mustika Ratu Investama
305.002.000
71,26%
38.125.250.000
Mellon S/A Investors PAC Intl
38.453.500
8,98%
4.806.687.500
Public (each below 5% ownership)
84.544.500
19,75%
10.568.062.500
Jumlah
428.000.000
100,00%
53.500.000.000
C.    Perjalanan Usaha Hendy Setiono dengan Model Franchising


Ide bisnis bisa timbul kapan saja dan dimana saja. Hendy Setiono kelahiran Surabaya 30 Maret 1983 misalnya, menemukan ide bisnis setelah dirinya mencoba makanan khas Timur Tengah, kebab. Pada Mei 2003, ia mengunjungi sang Ayah yang kerja di perusahaan minyak di Qatar. Disana, ia banyak menemui kedai Kebab yang sangat ramai diserbu pembeli. Karena penasaran, akhirnya iapun mencoba untuk membelinya, “Ternyata rasanya sangat enak, saya tak menduga sebelumnya,” ungkap Hendy.

Sejak saat itu muncullah keinginannya untuk membuka bisnis kebab di tanah air. Alasannya sederhana, selain rasanya enak, makanan kebab belum banyak dijumpai di Indonesia. Padahal banyak orang Indonesia yang keturunan Arab, atau banyak orang Indonesia yang naik haji dan pernah mencicipi disana. Mungkin dengan mencicipi kebab dari outlet Hendy, mereka bisa bernostalgia saat mereka haji atau umroh.

Hendy kemudian bereksperimen dan mengambil kesimpulan bahwa kebab asal Turki adalah yang paling enak. Sehingga ia menggunakan “trade mark” Turki untuk menarik calon pelanggan, yaitu “Kebab Turki Baba Rafi”.

Ø Awal Memulai Usaha

Mengawali sebuah bisnis memang tak semudah membalik telapak tangan namun juga tak sesulit membuat roket. Begitu tiba di tanah air, Hendy langsung menyususn strategi bisnis. Ia mencari rekanan bisnis. Ia tidak ingin usahanya asal-asalan. Ia kemudian bertemu dengan kawannya yang juga senang kuliner yaitu Hasan Baraja.

Mereka kemudian sepakat untuk melakukan bisnis walau penuh trial and error. Mereka berdua kemudian melakukan penjajakan bisnis, pangsa pasar dan berusaha memodifikasi resep kebab yang familiar terhadap lidah orang Indonesia khususnya Surabaya sebagai kota pertama hendy memulai bisnis.

Jika menggunakan resep Kebab yang asli, aroma cengkeh dan ladanya sangat terasa dan ini tak cocok dengan lidah Surabaya. Selain itu, ukuran porsi kebab yang asli juga terlalu besar, tidak cocok dengan  orang Indonesia yang kemungkinan kebab hanya akan menjadi makanan camilan saja.

Akhirnya Hendy dan Hasan berhasil memodifikasi resep an ukuran kebab yang pas untuk dipasarkan di Surabaya. Kombinasi bahan yang digunakannya membuat lidah tergiur. Bayangkan, daging panggang berbumbu, menyebarkan aroma yang membangkitkan selera, ditambahi dengan irisan sayur segar, mayonaise, saos tomat dan sambal istimewa, dengan penyajian menarik, digulung dalam lembaran tortila lembut.

Proses peracikan resep yang pas butuh waktu tiga bulan. Dengan modal sekitar 10 juta, pada September 2003, gerobak kebab pertamanya mulai beroperasi. Masa-masa awal usahanya diakui Hendy sangatlah berat. Pernah uang dagangannya dibawa kabur karyawan. Gonta-ganti karyawan juga sangat sering. Baru beberapa minggu bekerja, karyawan sudah minta keluar. Bahkan Hendy dan istrinya, Nilam Sari, pernah harus berjualan sendiri. Namun karena hari itu hujan, tak banyak orang lalu lalang untuk jajan, “Uang hasil jualan hari itu digunakan membeli makan di warung seafood saja tak cukup.” Ungkapnya.

Ø Progres Kebab Turki Baba Rafi


Strategi promosi dan publikasi kebab Turki Baba Rafi jelas; kualitas adalah segalanya. Oleh sebab itu Baba Rafi menyiapkan pasukan khusus untuk quality kontrol yang akan selalu memandu dan memantau kondisi setiap outlet. Tugas divisi quality control adalah selalu mengecek dan mempertahankan kualitas rasa, pelayanan dan kebersihan serta value produk. Line khusus untuk pengaduan konsumen juga dipersiapkan.
Hendy juga selalu mengedepankan inovasi yang membuat produknya digemari, salah satunya adalah pemasakan daging yang diasap bukan digoreng, ini akan menimbulkan aroma yang lebih sedap dan mampu menggiring orang untuk mencobanya, dan lagi dan membeli lagi.
Varian kebab juga banyak seperti Winner Kebab, Hot Dog Jumbo, Syawarma, Kebab isi sosis istimewa, Kebab Gila dan Kebab Picok (Kebab Pisang Coklat). Harganya juga berkisar antara 8 ribu hingga belasan ribu, pokoknya masih dibawah 20 ribu.
Alhasil banyak yang kepincut dengan rasa Kebab Turki Baba Rafi serta banyak yang berminat menjadi mitra. Dari sinilah kemudian Hendy mematenkan kebabnya dan membuka peluang franchisee. Melalui PT Baba Rafi Indonesia, perusahaan ini kemudian membuka peluang kemitraan tersebut dengan harga mulai 50 jutaan .
Yang sangat luar biasa dari bisnis ini adalah, Hendy hanya butuh waktu 3-4 tahun untuk mengembangkan sayap dimana-mana. Kini outlet Kebab Turki Baba Rafi telah berkembang hingga lebih dari 375 outlet dan mempekerjakan karyawan sebanyak lebih dari 200-an orang. Omsetnya juga fantastis yaitu sekitar 16 miliar per tahun.


D.    Perjalanan Usaha Danaroh  dengan Model Buying

Warung Tegal pada awalnya banyak dikelola oleh masyarakat dari tiga desa di Tegal yaitu Warga desa Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon, Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal. Tetapi saat ini warteg sudah menyebar sampai ke Cabawan, Margadana.

Warteg warung nasi yang lahir dari tangan para perantau asal Tegal memang telah melebur dengan masyarakat Jakarta. Kesan warteg memang terlihat jelas disini. Lauk - pauk disajikan diatas wadah stainless steel di balik etalase, sehingga pengunjung bisa memilih langsung makanan yang diinginkan. Beragam jenis makanan dan murahnya harga tentu menjadi daya tarik Warteg.

Usaha Warteg inilah yang kemudian dipilih oleh Ibu Danaroh untuk dijadikan sebagai sumber penghasilannya. Ibu Danaroh ini sebelumnya memang sudah menjalankan usaha warteg yang juga merukan usaha keluarga, namun ia akhirnya memberanikan diri untuk mengelola warteg sendiri.


Ø Awal Memulai Usaha

Ibu Danaroh dan Bapak Yusuf warga Desa Sidapurna Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal adalah salah satu profil wirausaha sukses dengan model buying. Mereka membeli usaha Warteg yang sebelumnya dimiliki oleh Bapak Tasripin yang juga masih memiliki ikatan saudara dengan Ibu Danaroh. Usaha warteg yang sebelumnya di jalankan oleh Bapak Tasripin ini pada tahun 2011 mengalami hambatan dalam sistem manajemennya yang mengakibatkan kurangnya pembeli pada wartegnya tersebut. Saat itulah wartegnya dijual kepada Ibu Danaroh. Ibu Danaroh kemudian mengelola usaha warteg ini dengan sistem yang lebih baik dari pengelolaan yang dilakukan oleh Bapak Tasripin. Seiring berjalannya waktu warteg ini mengalami peningkatan penjualan.

Warteg Ibu Danaroh ini berlokasi di daerah Rawamangun Jakarta Timur, Wartegini buka mulai pukul 06.00 WIB untuk melayani para pekerja kantor untuk sarapan, ngopi, dan lain-lain. Dan tutup pukul 22.00 WIB.

Sampai saat ini setiap hari Ibu Danaroh harus memasak 50 kilogram beras. Pada bulan Ramadhan, jumlah beras yang dimasak juga tetap sama. Setiap hari Beliau belanja keperluan warteg sampai Rp 1.000.000. Puasa tidak puasa, belanjanya sama. Warteg ini memperkerjakan 4 orang, yang terdiri dari 2 orang untuk bagian masak, 2 orang bagian melayani dan nyuci piring, sedangkan yang belanja di pasar bapak pemilik Warteg itu sendiri. Sejak pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.00 WIB  Bapak Yusuf sudah berangkat ke pasar untuk belanja sampai pukul 06.00 WIB. Sedangkan Ibu Danaroh dan 2 orang yang membantunya langsung memasak mulai pukul 04.00 – 09.00 WIB.

Ø Progres Warteg Danaroh

Saat ini penghasilan bersih yang diperoleh Bapak Yusuf dan Ibu Danaroh perhari mencapai Rp 1.5000.000, sehingga dalam sebulan penghasilan bersihnya kurang lebih sebesar Rp 45.000.000 sudah dipotong untuk membayar 4 orang pembantunya.

Dan dalam waktu 4 tahun, Ibu Danaroh dapat mendirikan sebuah rumah yang cukup luas, berkat usaha warteg yang ia jalankan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendirikan usaha dapat dimulai dengan 3 model yaitu memulai usaha baru (starting), kerjasama manajemen (franchising) dan membeli usaha milik orang lain (buying). Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil contoh profil wirausaha yang telah sukses dengan memulai usaha menggunakan masing – masing model. Seperti Usaha Mustika Ratu di bidang jamu dan kosmetika oleh Mooryati Soedibyo dengan Model Starting, Usaha Kebab Turki Baba Rafi dibidang makanan oleh Hendy Setiono dengan Model Franchising, dan Usaha Warteg dibidang makanan oleh Danaroh  dengan Model Buying.

B.  Saran


Bagaimana cara dan apapun bidang/jenis usaha yang akan kita masuki pastilah memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu kita harus dapat menentukan bidang dan jenis usaha apa yang akan kita mulai, apakah kita mempunyai keahlian di bidang usaha yang akan kita masuki tersebut, agar tidak mengalami kejadian yang fatal dikemudian hari, yaitu usaha yang kita dirikan hancur atau berhenti begitu saja karena kita tidak memiliki kompetensi di bidang usaha yang kita mulai.

Sehingga dalam memulai usaha kita harus dapat menyesuaikan dengan modal yang kita miliki dan melihat kemampuan yang kita miliki agar usaha yang kita jalankan itu dapat berkembang dan mencapai kesuksesan.



DAFTAR PUSTAKA

Ø  http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/2013/11/biografi-hendy-setiono-pemilik-dan.html
Ø  http://aanedward.blogspot.co.id/2013/04/profil-perusahaan-mustika-ratu.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar